“Bagaimana cara Bapak dan Ibu sekalian menyesuaikan pasangan masing-masing di rumah?”
Pertanyaan ini dilontarkan oleh Ibu Nurwidiyatningsih, seorang pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Wiyata Dharma, Kota Metro. Pada hari Sabtu, 19 Juni 2021, beliau diundang oleh Yabima Indonesia sebagai fasilitator dalam sebuah kesempatan untuk mensosialisasikan hak-hak penyandang disabilitas di kampung Rama Nirwana, Lampung Tengah. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari Program Yabima Indonesia tentang Pencegahan Covid–19 yang berbasis Komunitas tahun lalu, dan Kampung Rama Nirwana adalah salah satu desa yang telah memetakan disbilitas dan orang berkebutuhan khusus sebagai salah satu kelompok rentan. Penyandang disabilitas dan orang berkebutuhan khusus merupakan kelompok masyarakat yang sangat rentan terhadap sulitnya mengakses informasi terkait Covid-19. Sosialisasi ini menyasar 24 keluarga disabilitas dan orang berkebutuhan khusus, PKK, dan perangkat kampung dengan jumlah keseluruhan sekitar 40 orang. Oleh karenanya, untuk dapat menerapkan protocol kesehatan dengan baik, kegatan ini dilakukan dalam 2 sesi pertemuan dengan peserta yang berbeda, yakni pada 19 Juni yang sudah dilaksanakan ini dan akan diselenggarakan kembali pada 26 Juni 2021 mendatang.
Kembali pada pertanyaan Ibu Nurwidiyatningsih di atas, seorang peserta menjawab spontan bahwa penyesuaian itu sampai mati, kita tidak bisa menjawab sampai kapan waktunya. Ya, beliau lebih lanjut mengatakan bahwa sama halnya dengan mendampingi anak berkebutuhan khusus, paling penting dalam mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus adalah konsistensi. Konsistensi sangat menentukan hasil. Kuncinya adalah semua pihak pun terlibat bersama-sama menjaga konsistensi. Selain itu memberi kesempatan kepada mereka masuk dalam interaksi sosial merupakan bagian dari proses belajar anak berkebutuhan khusus.
Sembilan belas orang peserta yang mewakili PKK, perwakilan kader kesehatan, perangkat kampung Rama Nirwana, dan tentu juga dari keluarga yang melakukan pendampingan terhadap anak berkebutuhan khusus, sangat antusias mengikuti kegiatan ini. “Sosialisasi ini banyak manfaatnya bagi kita. Kita mendapatkan informasi mengenai hak-hak anak-anak berkebutuhan khusus yang diakui oleh Negara. Informasi-informasi ini membantu kita untuk memberikan perhatian kepada mereka yang berkebutuhan khusus. Oleh karenanya pemerintah kampung sangat mendukung kegiatan ini. Dan kami sangat berharap ada tindak lanjut yang nanti dapat dikerjakan bersama Yabima Indonesia.” Bpk. I Gusti Nyoman Armawan menyampaikan apresiasi dan harapan dalam sambutannya.
Sosialisasi ini juga melibatkan Aziz, orang tua dari seorang anak yang berkebutuhan khusus, down syindrom. Menurutnya penerimaan orang tua terhadap anaknya merupakan awal yang baik. Kesadaran terhadap keadaan anaknya diyakini sebagai bentuk rasa syukur atas anugerah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa. “Kita adalah orang yang dipilih Tuhan untuk merawat mereka.” Dengan melihat sisi positif memiliki anak yang istimewa, demikian dia menyebutnya, kita akan bisa menemukan nilai kehidupan tentang kesabaran.