Silahkan dibagikanShare on whatsapp
Whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

3Yabima indonesia bekerjasama dengan IPPOL melakukan SLPHT-SRI (Sekolah Lanjutan Pengendalian Hama Terpadu–System Rice Intensification) di Kelompok Tani Makmur Desa Purwo Kencono 2 yang difasilitasi oleh Matius Sherun. SLPHT-SRI adalah kegiatan belajar untuk lebih mengenal hama-hama yang terdapat pada tanaman padi dan cara pengendaliannya secara alami. System of Rice Intensification (sistem intensifikasi padi) adalah suatu kaedah penanaman padi yang digunakan untuk meningkatkan hasil. Tanaman padi tersebut ditanam satu bibit per lubang tanam dengan umur bibit padi ≤15 hss (hari setelah semai) dengan jarak tanam yang luas untuk membantu pertumbuhan akar dalam penyerapan unsur hara dan kanopi sehingga seluruh daun dapat menjalankan proses fotosintesis lebih efektif (Wikipedia, ensiklopedia bebas. Sistem Intensifikasi Padi).

Pada setiap tanaman pasti terdapat hama yang menganggu pertumbuhan bahkan dapat menyebabkan tanaman tersebut mati. Ada beberapa petani yang tidak tahu jenis hama yang menyerang dan tidak mengerti cara pengendaliannya. Selama ini banyak petani yang mengendalikan hama tanaman padi menggunakan obat-obatan secara kimiawi. Dalam proses belajar ini peserta diajak untuk mengendalikan hama dengan menghadirkan musuh alami dari hama tersebut dan juga menggunakan obat-obatan organik yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal peserta. Tujuan diadakannya SLPHT-SRI ini adalah (1) anggota mampu mendeteksi hama yang terdapat pada tanaman padi; (2) anggota mampu mengendalikan hama tanaman padi secara alami; (3) biaya produksi petani menurun; (4) dapat meningkatkan produksi tanaman padi. Tanggal 29 Juni 2013, dilakukan pertemuan dengan peserta belajar yang  dihadiri 12 orang anggota. Pertemuan tersebut dilakukan kegiatan pengolahan lahan sawah yang akan digunakan sebagai demplot SLPHT-SRI dengan luas lahan sewulon atau 1/8 ha yang dibagi menjadi tiga petak. Lahan tersebut merupakan milik salah satu anggota kelompok bernama  Pak Warsito berdasarkan kesepakatan bersama. Alasan penggunaan lahan salah satu anggota kelompok ini karena lahan tersebut dekat dengan sawah dan tempat tinggal anggota kelompok yang lainnya sehingga anggota dapat dengan mudah mengontrol perkembangan yang terjadi di lahan demplot dan anggota juga dapat menerapkan langsung pengetahuan yang didapat dalam proses belajar SLPHT-SRI pada lahan sawah mereka masing-masing. Pengolahan tanah merupakan proses awal dilakukannya penanaman agar tanah menjadi gembur dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah demplot dimulai dengan mengecek pH tanah menggunakan pH-meter yang diambil 4 titik yang berbeda dengan rata-rata pH 5,5 – 6, memperbaiki galengan atau tanggul, lalu menaburkan dolomit untuk menetralkan pH tanah sebanyak 40 kg lalu lahan di bajak dengan handtractor dan tahap terakhir lahan diratakan atau digaru dan disemprotkan larutan pencuci tanah.  Lalu lahan didiamkan selama 2 minggu dengan tetap direndam air agar tanah yang telah dibajak sedikit padat dan juga menunggu pertumbuhan bibit padi yang disemai. Pada proses belajar ini benih padi yang digunakan adalah benih padi  varietas Pandan wangi, Rojo lele, dan Mentik susu. Benih padi yang disemai dipilih benih yang  tingkat pertumbuhannya baik dari masing-masing varietas tersebut. Cara yang dilakukan untuk memilih benih yang baik tersebut salah satunya adalah memasukkan benih padi ke dalam larutan garam. Untuk mengetahui konsentrasi larutan garam sudah pas dapat dites dengan memasukkan satu butir telur ayam kampung mentah kedalam larutan garam hingga telur tersebut mengapung di atas permukaan larutan garam. Kemudian benih padi dapat dimasukkan dan diaduk-aduk ± 3 menit sehingga benih yang hampa dan tidak unggul dapat dipisahkan dari benih yang unggul. Benih yang unggul berada pada bagian bawah sedangkan benih yang tidak unggul mengapung di atas permukaan larutan. Buang atau pisahkan benih yang tidak unggul dan ambil benih unggul serta dibersihkan dengan air agar kadar garam pada benih padi dapat berkurang dan hilang. Tiriskan benih padi yang telah dicuci dan siapkan media tanam dengan menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang lalau sebar benih di atas media tanam dan tutup kembali dengan tanah. Lakukan perawatan dengan baik selama pertumbuhan bibit padi dengan penyiraman dan pemupukkan menggunakan pupuk organik hingga siap tanam. Jarak tanam yang dipakai dalam proses belajar ini adalah 25 cm x 25 cm, 27 cm x 7 cm, dan 30 cm x 30 cm dengan peserta belajar dibagi menjadi tiga kelompok setiap kelompok mengawasi dan mengamati satu pola jarak tanam. Dari ketiga jarak tanam tersebut ingin diketahui jarak tanam mana yang menghasilkan pertumbuhan tanaman yang baik dan banyaknya hama yang terdapat pada tanaman padi.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*