Salah satu ruang belajar bagi petani atau kelompok tani adalah dengan saling berbagi informasi dan pengetahuan antar petani itu sendiri. Ruang belajar bersama dalam diskusi dan berbagi cerita menjadi penting bagi petani untuk meningkatkan kapasitas dan pengetahuan petani. Selain itu, moment pertemuan dan ruang belajar juga akan saling menguatkan dan memotivasi petani untuk terus konsisten dalam perjuangan mengembangkan dan meningkatkan dunia pertanian khususnya pertanian dengan pola organik.
Selama dua hari, 30 dan 31 Maret 2022 yang lalu di Wisma Centrum, Kota Metro, Lampung, kawan-kawan Fasilitator Komunitas dari Desa Rama Nirwana, Varia Agung (Lampung Tengah), Kedaton, Purwo Kencono, Sidorejo (Lampung Timur), Sumber Harapan, Karang Manik (Belitang II Oku Timur, Sumatera Selatan) membangun ruang bersama itu dengan nama Temu Tani.
Sebagai dasar dalam pengorganisasian dan pengembangan pertanian selaras alam, Yabima Indonesia memfasilitasi kawan-kawan penggerak komunitas untuk mendiskusikan tema tujuan pembangunan berkelanjutan. Para penggerak memetakan tujuan tersebut dalam kerangka pengembangan pertanian yang berkelanjutan.
Dalam sesi tentang Penggerak Komunitas, Eko Nugroho, direktur Yabima Indonesia, mengajak kawan-kawan dari komunitas ini untuk mendalami apa fungsi dan peran penggerak komunitas. Memberikan perhatian yang serius pada nilai-nilai sosial dan kemudian mampu merumuskannya. Penggerak komunitas juga mampu untuk mengubah kepentingan maupun kebutuhan pribadi untuk fokus pada isu bersama, menggerakkan diri sebagai upaya memenuhi kebutuhan personal untuk perubahan sosial. Mempunyai pemahaman mendalam pada lingkungan politis yang menentukan akses dan kontrol masyarakat/komunitas. Untuk inilah, Yabima Indonesia dengan semangat perkawanannya selalu melibatkan seorang penggerak yang berasal dari komunitas mereka sendiri, karena diyakini bahwa penggerak komunitaslah yang tahu karakter, budaya dan tradisi petani.
Bagaimana seorang penggerak komunitas mampu melakukan analisa sosial yang sedang terjadi di desa atau di komunitasnya masing-masing? Riyadi Basuki, atau kawan-kawan lebih mengenalnya sebagai Pak Ribas, yang juga ketua pengurus Yabima Indonesia, mengajak peserta untuk berlatih melakukan analisa dengan pemetaan partisipatif atau memotret komunitas dengan partisipatif karena diyakini bahwa komunitas mempunyai banyak sekali kekayaan atau asset yang bisa dilihat dan kekayaan tersebut bisa mendukung gerak seorang Fasilitator Komunitas untuk bersama-sama mewujudkan perjuanganya.
Pertanian organik sebagai gerekan pembebas juga menjadi tema dalam ruang belajar ini. Komunita-komunitas yang hadir ini sudah bersama-sama dengan Yabima dalam mengembangkan pertanian organik. Kita semua meyakini bahwa pertanian di Indonesia tidak terlepas dengan politik atau kebijakan yang dikeluarkan. Dulu kita mengenal yang namanya kebijakan Revolusi hijau yang ternyata disadari secara sistematis membunuh kreativitas petani untuk menghasilkan pangan dengan menggunakan sumber daya lokalnya. Kebijakan Revolusi hijau menggantikan teknologi berbasis sumber daya lokal dengan teknologi impor, yaitu teknologi yang harus dibeli oleh petani. Teknologi pabrikan yang berjalan secara sistematis menciptakan sebuah ketergantungan para petani ini. Awalnya semua jenis teknologi pertanian diberikan dengan gratis. Setelah petani terperangkap maka segala yang gratis harus dibayar. Tidak ada lagi benih gratis, pestisida gratis maupun pupuk gratis. Disamping itu jika petani akan menjiplak teknologi yang diciptakan pabrik, petani akan berhadapan dengan seperangkap hukum paten yang itu semua dimiliki oleh individu dan perusahaan. Bertani organik berarti memutus mata rantai ketergantungan terhadap teknologi impor yang selama ini membelenggu petani. Bertani organik mendorong petani untuk membangun solidaritas dan keharmonisan dengan komunitasnya sehingga keharmonisan ekosistem bisa terjaga.
Bertani organik berarti memutus mata rantai ketergantungan terhadap teknologi impor yang selama ini membelenggu petani. Bertani organik mendorong petani untuk membangun solidaritas dan keharmonisan dengan komunitasnya sehingga keharmonisan ekosistem bisa terjaga.
Bertani organik mendorong petani untuk peduli dengan rusaknya lingkungan hidup akibat teknologi pertanian yang tidak ramah lingkungan. Bertani organik sebuah perjuangan untuk penghidupan yang berkelanjutan bagi manusia, alam dan ekologinya. Bertani organik adalah jalan pembebas.
Dalam pertemuan yang dilaksanakan selama dua hari, para peserta saling menyemangati satu dengan yang lain untuk terus melanjutkan komitmennya menjadi seorang penggerak di komunitasnya. Diskusi petani selama tujuh sesi, Sekolah Petani Selaras Alam, Sekolah Ternak Selaras alam dan Sekolah Ekonomi Petani, akan menjadi ruang para penggerak untuk terus berproses bersama demi sebuah perubahan sosial yang berkelanjutan bagi petani.