Tidak dipungkiri bahwa memiliki ternak adalah hal penting yang harus dimiliki dalam proses pertanian organik. Ketika petani maupun kelompok tani memiliki ternak maka selain nilai ekonomi yang mampu menopang kehidupan, pupuk organik yang dihasilkan dari ternak yang dipelihara sangat menolong pertanian yang dikembangkan untuk tetap organik dan tidak menggunakan pupuk sintetis.
Hari ini, Yabima Indonesia kembali belajar bersama dengan kelompok tani dan ternak di Desa Sumber Harapan, Belitang II, OKU Timur, Sumatera Selatan. Bersama dengan kelompok Karya Sejahtera Bersama (KSB) dan juga Kelompok Rukun Tani (KRT), pelatihan ini difasilitasi Sdr. Elfa Ari Pambudi selaku kader kesehatan hewan dan Sdr. Made Sunarto sebagai mantri ternak. Memelihara ternak sudah bukan lagi sampingan atau “samben” belaka. Sebisa mungkin untuk dikerjakan dengan lebih serius dan cara yang benar.
Belajar bersama pada 24 September, kawan-kawan juga meluangkan waktu sejenak untuk memperingati Hari Tani Nasional. Penting bagi kita semua untuk selalu memotivasi diri dan semua pihak bahwa petani adalah profesi adiluhung untuk merawat kehidupan ini. Maka petani harus bisa mandiri dan menciptakan kemandirian pangan. Dengan rasa syukur dan saling menguatkan, kawan-kawan membuat simbol sederhana berupa tumpeng. Bahkan berbeda dari biasanya, nasi tiwul dipilih sebagai simbol bahwa petani bisa berdaulat pangan tanpa mengandalkan beras.
Masih dalam rangkaian Hari Tani Nasional, Yabima Indonesia juga ambil bagian dan turut menghadiri Musyawarah Nasional (MUNAS) Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA). Bertempat di Rumah Kawan, Pdt. Riyadi Basuki, Pinarno Adi dan Irwan Krisnanto mengikuti acara yang diselenggarakan cukup semarak secara daring via zoom. Berbagai serikat tani dari seluruh nusantara bergiliran memberikan orasi dan pemaparan tokoh dan sejarah perjuangan agraria sejati.