Silahkan dibagikanShare on whatsapp
Whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

SAUNG KAWAN, kembali menjadi tempat yang menerima siapa saja untuk belajar. Mulai dari mendukung desa sebagai pusat pengembangan pertanian organik masyarakat petani, menjadi tempat untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan pemberdayaan petani organik, hingga anak-anak remaja pun kini “berkawan” dengan SAUNG KAWAN ini.

 

Pdt. Henriette Nieuwenhuis sedang memfasilitasi peserta

GKSBS Klasis Pugung Raharjo bersama dengan Yabima Indonesia memperkenalkan anak-anak remaja pada kehidupan petani dan lingkungan hidup pada Selasa, 11 September 2018. Kegiatan sehari ini diberi tema : “Merawat Tanah Adalah Urusan Kita”. Ada kurang lebih 100 anak berkumpul bersama di SAUNG KAWAN, Desa Purwokencono, Lampung Timur untuk belajar bersama mengenal lebih dalam lingkungan hidup dan bagaimana merawatnya.

Anak-anak di lingkungan Klasis Pugung Raharjo ini diperkenalkan bagaimana para petani menanam dan mengolah pupuk organik sebagai pupuk tanaman padi yang mereka tanam. Dengan mengenal kehidupan para petani organik ini, diharapkan anak-anak remaja semakin memiliki kecintaan dan kepekaan terhadap kehidupan petani dan lingkungan hidupnya, tidak merusak tetapi merawat lingkungan hidup. Anak-anak remaja belajar secara langsung bagaimana mempersiapkan lahan pertanian. Salah satu praktek lapangan yang mereka lakukan adalah menamam bibit pepaya.

Menyemai pepaya

Desa Purwokencono ini merupakan desa yang dikenal sebagai pusat pengembangan pertanian organik dampingan Yabima Indonesia. Yabima Indonesia sangat intens melakukan pendidikan dan pendampingan kelompok tani Desa Purwokencono. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan bersama kelompok tani di sana adalah sekolah lapang pengendalian hama terpadu. Salah satu bukti dari pengembangan pertanian organik tersebut, adalah sertifikasi organik yang telah mereka terima dari lembaga sertifikasi organik dari lembaga sertifikasi organik, INOFICE, Bogor- yang difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Lampung melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Holtikultura. Untuk mendukung desa sebagai pusat pengembangan pertanian organik, maka didirikanlah saung, yang kemudaian disebut dengan SAUNG KAWAN. Saung Kawan ini akan menjadi tempat untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan pemberdayaan petani organik.

“ice breaking”

Kegiatan ini sangat menarik. Petani dan desa selama ini kurang mendapatkan perhatian para pemuda. Tidak jarang terjadi ketika para pemuda menyelesaikan pendidikan mereka, mereka kemudian bekerja di kota-kota besar, meningkalkan dunia pertanian dan desa. Kemudian desa kehilangan sumberdaya pemudanya. Melihat gejala-gejala seperti ini, maka perlu pendidikan yang dilakukan secara serius kepada remaja maupun pemuda mengenai pertanian.

 

*Eko Nugroho

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*