Bertempat di Rumah Retreat Jehian Garden, Gading Rejo Pringsewu, Yabima Indonesia dengan dukungan Sinode GKSBS menginisiasi sebuah temu perempuan, dengan tema “Perempuan Menjadi Pelopor Pembangunan Perdamaian di Masyarakat”. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 21-22 Agustus 2018 ini merupakan salah satu bagian dari progam pembangunan perdamaian (peace building) Yabima Indonesia, yang program lainnya juga diperuntukan untuk kalangan pendidikan (sekolah) dan pemuda.
Tujuan kegiatan temu perempuan ini adalah mengajak perempuan mengenali diri, baik sebagai anggota gereja maupun masyarakat dalam mendukung upaya penciptaan kondisi damai dalam komunitas dimana kaum perempuan terlibat. Sedangkan tujuan lain adalah merekatkan kembali solidaritas perempuan GKSBS dalam mendukung peran gereja di masyarakat. “Salah satu alasan kenapa perempuan harus menjadi garda terdepan perdamaian adalah bahwa perempuan memiliki solidaritas yang kuat diantara mereka. Sehingga seberapa pun muncul konflik yang melibatkan banyak pihak, maka perempuan tetap dapat mendukung dan berkomunikasi dengan pihak lain (bahkan yang dianggap musuh) untuk menunjang kehidupan, merawat yang sakit, mendukung yang berduka dan lain-lain” ujar Grace P. Nugroho dalam sambutan sebagai penanggung jawab program dan Direktur Yabima.
Acara ini dibuka dengan ibadah yang dibawakan oleh Sekretaris Umum Sinode GKSBS Pdt. A.T Haryanto, M.Div. Adapun materi dalam pelatihan antara lain “Gereja dan Masyarakat” dengan narasumber Pdt. Yohanes Eko-Pendeta Jemaat GSKSB Bauh Gunung Sari, Lam-Tim. Materi selanjutnya “Kesadaran Gender dalam Pengorganisasian Perempuan” dengan narasumber Direktur Lembaga Advokasi Perempuan Damar, Sdri. Sely. Dan materi 3 “Peran Perempuan Gereja dalam Pembangunan Perdamaian di Masyarakat” dengan narasumber Suster Khatarina Juarni FSGM dari kesusteran Pringsewu yang banyak bergiat di pelayanan buruh migran dan korban trafficking.
Sebagai tindak lanjut, acara yg di fasilitasi bersama oleh Pdt. Tere teja (Pdt. GKSBS Tirta Kencana), Ibu Apri Hastuti, Cpdt. Dwi Urip dan Fintria Hermawati beserta kru Yabima, menghasilkan sebuah pokok-pokok rencana aksi perempuan yakni :
- Ada kebutuhan untuk membangun wadah, yang sementara ini diberi nama Jaringan Kerja Perempuan GKSBS.
- Diperlukan peningkatan kapasitas untuk memahami lebih dalam potensi kaum perempuan GKSBS untuk keluarga dan masyarakat.
- Dibentuk sebuah komite kecil yang akan merumuskan program-program perempuan GKSBS dalam mendorong upaya pembangunan perdamaian dan peran lebih luas di masyarakat.
Sebagai langkah awal, Yabima akan memfasilitasi pertemuan lebih lanjut untuk menyiapkan agenda kerja dan dokumen program untuk menjadi usulan dalam Renstra Yabima berikutnya dan usulan untuk Sidang Sinode GKSBS pada tahun 2020.
Kegiatan ini mendapat sambutan yang penuh antusias dari para peserta kaum perempuan yang berasal dari Jambi, Bengkulu, Sumsel dan Lampung. Event ini sudah dirindukan sejak lama oleh mereka, untuk itu dibutuhkan dukungan semua pihak baik Jemaat GKSBS, Yabima maupun Sinode GKSBS. Tabik Pun. (Ybm).