Silahkan dibagikanShare on whatsapp
Whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

Ibadah Peletakan Batu Pertama RUMAH KAWAN

6 Juni 2016 merupakan hari yg istimewa bagi Yabima Indonesia. Peletakan batu pertama dari “House of Friends” (Rumah Kawan) direalisasikan. Acara ini didahului dengan ibadah bersama antara seluruh komponen Yayasan dengan MPS GKSBS dan dipimpin oleh Pdt. HenriĆ«tte Nieuwenhuis. Rumah Kawan dibangun untuk mendukung visi Yabima Indonesia “sebagai kawan untuk membangun Sumbagsel yang bermartabat bagi segenap ciptaan”. Rumah kawan pun dapat terealisasi karena dukungan kawan Yabima Indonesia dari Belanda – EO Metterdaad melalui Kerk In Actie.

Pdt. Henriette Nieuwenhuis memimpin ibadah

Mengapa Yabima membuat “Rumah Kawan”?
Kawan bagi Yabima adalah masarakat yang dilayani, terkhusus petani. Kawan itu saling percaya, menginspirasi, menghargai, menerima, memberi, dan memberdayakan. Konkretnya, kawan dapat berbagi waktu, tenaga, pikiran, membuat renstra bersama, membantu memasarkan produk (petani) bersama, belajar dan bertindak bersama.

Pdt. Alexius Tri Hariyanto, Sekretaris MPS GKSBS

Perempuan Sunem dalam 2 Raja-raja 4:8-10 menjadi inspirasi bagi Rumah Kawan.
Merefleksikan bacaan dari ayat Alkitab ini, perempuan Sunem memiliki ciri khas sebagai berikut, ia kaya; tidak hanya berarti uang. Kaya = besar / luar biasa / dgn keunikan… Bagaimana dengan Yabima? Yabima kaya dalam pengalaman/pengetahuan, misalnya pertanian organik sampai ada sertifikat; kaya dalam SDM, jaringan, kaya dalam keramahtamahan. Pertanyaan Refleksi bagi Yabima, APA SAJA KEKAYAAN / KEUNIKAN YABIMA? DALAM HAL APA LUAR BIASA?

Grace Nugroho, direktur Yabima Indonesia

Ciri khas kedua dari perempuan Sunem, mengundang, tidak hanya sekali tapi berkali-kali tanpa berhenti. Aktif dengan sedikit paksaan. Kalau memang kaya, ada yang bisa dibagi, perlu aktif mengundang. Tidak hanya menunggu saja tapi keluar dengan penuh semangat. Perempuan Sunem tidak bisa bertemu Elisa kalau di rumah saja. Perempuan Sunem mengundang Elisa. Pertanyaan refleksi bagi Yabima, APAKAH YABIMA SDH MENJADI PENGUNDANG KELUAR?

Yang ketiga adalah menjadi tempat singgah. Pada Zaman Kuno (zaman Alkitab ditulis): menerima tamu adalah kewajiban. Tamu tidak boleh ditolak. Minimal mencuci kaki tamu (kaki kotor debu). Tamu dapat makanan dan jika perlu penginapan. Tamu menerima kebutuhan utama, keamanan dan kebersamaan. Yabima dengan Rumah Kawannya akan menjadi “tempat singgah”. Untuk makan, ngobrol, sharing. Untuk siapa saja yang OTW (on the way). Pertanyaan refleksi bagi Yabima: APAKAH SUDAH BERHASIL MENJADI TEMPAT MAMPIR TERBUKA, YANG RAMAH TERHADAP TAMU?

Perempuan Sunem menjadi inspirasi, dalam menyediakan kamar, kamar buat kawan. Dengan kebutuhan utama: tempat tidur, meja kursi, kandil (lampu utk tidur). Perempuan Sunem luar biasa: dia memberikan lebih dari yang biasa…Yabima membangun kantor “Rumah Kawan” dengan ruang pelatihan, dapur terbuka, staf, dan juga untuk tamu Rumah Kawan. Pertanyaan Refleksi: APAKAH SDH SIAP MENJADI TEMPAT YANG MEMBERIKAN YANG TERBAIK, LEBIH DARI YANG BIASA?

Perempuan Sunem ciptakan rumah kawan… Seperti mimpi Yabima. Mengapa? Karena ada yg bisa dibagi… Karena “kaya”, tetapi ada lagi. Ayat 9. Setelah beberapa kali ketemu dengan tamunya matanya dibuka, ada kesadaran dan iman: “dia adalah abdi Allah yg kudus…”
Setelah mata dibuka, tahu dan percaya semua orang yang kita ketemu “on the way” adalah manusia bermartabat, manusia yang diciptakan Allah, manusia istimewa dan kudus… Kita dipanggil untuk mendekati, mengundang, melayani mereka demikian: dengan segenap hati, jiwa, akal budi, kekuatan… Melakukan yang luar biasa seperti perempuan Sunem itu.

Kiranya ini menjadi semangat bagi Yabima Indonesia untuk membangun rumah kawan dan menjadi kawan untuk segenap ciptaan yang ditemui.

~disunting dari renungan yang dibawakan oleh Pdt. Henriƫtte Nieuwenhuis oleh Fintria Hermawati.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*