Silahkan dibagikanShare on whatsapp
Whatsapp
Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter

img_2536Berbicara soal petani dan pertanian di Lampung ksususnya dan Indonesia pada umumnya, akan sangat kompleks situasi dan persolaan yang terjadi.  Indonesia dengan Negara Agraris yang dilintari garis katulistiwa, membuat Indonesia melimpah kaya sumber daya alam, terutama pertanian.  Slogan/jargon tanah yang subur makmur, gemah ripah loh jinawi memang milik Indonesia.  Hampir semua daratan Indonesia adalah lahan produktif bagi pertanian, dan hanya sedikit saja yang kurang subur. Letak geografis yang memberikan kesuburan tanah Indonesia ternyata tidak selalu berbanding lurus dengan capaian hasil-hasil pertanian yang membanggakan. Terbukti, sampai sekarang ini Indonesia belum mampu untuk berswasembada beras yang posisinya adalah sebagai kebutuhan pokok bagi mayoritas masyarakat Indonesia. Tentu kalau menilik potensi SDA yang ada bukan faktor tersebut yang mengakibatkan produktifitas pertanian di Indonesia berjalan lamban, yang perlu mendapat sorotan adalah program atau sistem pertanian yang dikerjakan di Indonesia

 

Bagaimana kondisi petani pada saat pengelolaan pertanian? Tidak asing terdengar di telinga kita ketika memasuki musim tanam, petani akan dihantui oleh sejumlah kelangkaan. Mulai dari kelangkaan pupuk, kelangkaan bibit dan terkadang kelangkaan obat-obatan/pestisida. Padahal ketersediaan pupuk, bibit dan obat-obatan merupakan bagian tidak terpisahkan dari pertanian (rakyat), ketika satu saja dari elemen tersebut tidak tersedia maka hasil pertanianpun tidak akan maksimal. Kelangkaan bibit mendorong petani untuk menggunakan bibit seadanya yang tidak memenuhi standar mutu benih, sehingga bisa dipastikan tanaman yang tumbuh-pun tidak memiliki kualitas yang baik. Demikian juga dengan minimnya ketersediaan pupuk di petani, akan menjadikan tanaman yang ditanam merana dengan masa depan panen yang tidak jelas.

Belum terkawalnya regulasi pemerintah tentang pendistribusian pupuk serta obat-obatan sampai ditangan petani merupakan persoalan serius yang harus segera diselesaikan, sehingga terhindar dari permainan oknum tidak bertanggung jawab memanfaatkan momentum kebutuhan tersebut untuk “lebih mencekik leher petani” dengan menimbun serta menjual kebutuhan pertanian dengan harga tinggi.

Petani di Indonesia memang sebagian besar belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan pupuk dan pestisida kimia. Walaupun untuk jangka panjang, pertanian dengan menggantungkkan pada pupuk dan pestisida kimia akan semakin memperpuruk kondisi kesuburan tanah dan kerentanan akan serangan hama dan penyakit.

Setali tiga uang, penggunaan pestisida kimiawi memang dengan cepat mampu mengusir hama dan mengobati penyakit tanaman. Namun, sampai kapan hama dan penyakit itu mempan dengan pestisida kimiawi tersebut? Sebab hama dan penyakit lambat laun akan membangun kekebalan tubuh terhadap pestisida kimia.  Meracik dan menciptakan bahan kimia baru juga bukan merupakan solusi tepat untuk mengatasi hal ini, sebab disamping keefektifitasannya yang tidak sebanding dengan perkembangan hama dan penyakit, unsur kimia dalam pestisida ini juga tidak bisa hilang pada hasil produk pertanian yang akan dikonsumsi oleh manusia. Jadi produk pertanian dengan menggunakan pestisida kimiawi cenderung mengarah pada makanan yang tercemar.

Beberapa negara telah memberlakukan peraturan ketat tentang bahan pangan yang mengandung kimiawi ini. Sejalan dengan hal tersebut maka banyak negara yang hanya mau mengimpor bahan makanan yang bebas dari unsur kimiawi.

Pertanian organik memang tidak memberikan reaksi instan pada hasil-hasil pertanian, akan tetapi dengan pelaksanaan pertanian organik akan membawa pertanian berjangka panjang dan memberikan solusi bagi tersedianya bahan pangan yang sehat. Oleh karena itu di era pertanian modern sekarang ini, penerapan pertanian organik mutlak diterapkan, secara gradual dan sistematis para petani dapat mengurangi bahkan menghilangkan ketergantungannya terhadap bahan-bahan kimia.

Oleh karenanya, Yabima Indonesia hadir untuk dalam rangka menjadi bagian dari semangat dan upaya terciptanya pertanian organik tresebut.  Salah satu upaya yang bisa dilakukan Yabima Indonesia bersama IPPOL (Ikatan Pelopor Pertanian Organik Lampung) yang bekerjasama dengan para pihak, seperti kelompok tani atau masyarakat sekitar Gereja GKSBS Seputih Mataram adalah dengan memfasilitasi pelatihan pembuatan puouk kompos kepada petani di sekitar jemaat GKSBS Seputih Mataram, Merapi, Lampung Tengah

Dengan terlaksanananya sistem pertanian organik, berarti lepasnya ketergantungan petani dari pupuk dan pestisida  kimia, masa depan pertanian di Indonesia akan semakin baik, para petani bisa mandiri serta produk pertanian jelas semakin berkualitas.

Pelatihan tersebut diikuti oleh sekitar 28 orang dengan tujuan:

  1. Petani tahu bahan-bahan membuat kompos
  2. Petani tahu manfaat kelebihan pupuk kompos
  3. Petani tahu cara membuat kompos

img_2530img_2533img_2527img_2542

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*